Jumat, 20 Februari 2009

Produksi Dalam Negeri (Lokal) VS Luar Negeri

Beberapa hari yang lalu, saat melihat tayangan berita di salah satu televisi swasta. saya melihat peristiwa yang unik. Saat itu Wapres Yusuf Kalla sedang mengadakan rapat dengan sejumlah menteri dan pejabat terkait. Tapi sebelum menbahas rapat tersebut. Yusuf Kalla menyuruh para menteri dan pejabat untuk melepas sepatu yang mereka pakai. Untuk melihat apakah produksi dalam negeri atau produk impor.

Karena di perintah Wapres para pejabat dengan tersenyum simpul membuka sepatunya sambil berkata sepatunya produk lokal asli dari cibaduyut, ada lagi yang mengatakan sepatu tanpa merk. Itulah gambaran pejabat kita mereka akan berkilah dan mengatakan mereka cinta pada produksi dalam negeri.

Sebagai implementasi dari perintah buka sepatu oleh wapres maka Fahmi Idris selaku Menteri Perindustrian akan mengeluarkan SKB untuk mengatur semua PNS untuk lebih mencintai produk lokal. Tetapi beberapa hari setelah itu dicounter oleh bu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu bahwa tidak ada aturan yang mengatur tetang kewajiban PNS menggunakan Produk Lokal.

Jika kita melihat dan berfikir mungkin dapat dikatakan 90% PNS akan menggunakan produk dalam negeri (lokal) bukan karena mereka anti produk luar negeri atau import tetapi kemampuan finansial PNS tersebut yang tidak memungkin membeli produk import. Tanpa ada semacam SKB pun PNS akan dengan sendirinya menggunakan produk lokal. Tinggal bagaimana sekarang pejabat tinggi yang harus meninggalkan budaya konsumtif, budaya hedonisme dan budaya gengsi kalau tidak menggunakan produk import. Mereka sudah terlanjur terkena “racun”brand image produk impor yang diciptakan oleh mereka sendiri dibilang keren. Mungkin kerena alasan prestige-lah yang mendorong kebanyakan dari pejabat di Indonesia “mendewakan” produk impor.

Terkait dengan masalah tersebut Pemerintah harus lebih mengutamakan untuk membangkitkan pabrik produk produk lokal, mengembangkan usaha home industri serta bagaimana caranya Pemerintah biar masyarakat lebih mencintai produksinya sendiri mungkin dengan cara memasang iklan di layar kaca tentang keunggulan produksi dalam negeri atau mungkin kembali ke slogan masa lalu ACI (Aku Cinta Indonesia) dalam segala hal. ................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar